Tampilkan postingan dengan label RENUNGAN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label RENUNGAN. Tampilkan semua postingan

Kamis, 04 Juli 2013

Penatalayanan

PENATALAYANAN

Baca MATIUS 25:14-30. 

Setiap orang di bumi ini memiliki jumlah waktu dan jam yang sama dalam sehari. Dari Presiden sampai tukang koran, ibu rumah tangga atau direktur eksekutif, petani atau pegawai bank... semua punya waktu yang persis sama: 24 jam sehari.
Apa yang membedakan orang satu dari yang lain bukanlah jumlah waktu yang dimilikinya, melainkan bagaimana dia mempergunakan karunia dan talenta yang dimilikinya pada kurun waktu yang dimilikinya ini.  Inilah yang disebut penatalayanan: dengan setia mempergunakan dan mengembangkan karunia, talenta dan sumber serta sarana yang kita miliki, di dalam alokasi waktu yang Tuhan sudah berikan pada kita.

Di dalam penatalayanan ada dua pihak yang terlibat: sang majikan yang memberikan sumber dan sarana, yang satu hari nanti akan menanyakan pertanggungan jawab; dan pihak lain adalah sang penatalayan yang dipercayai dengan sumber dan sarana tersebut, dan yang pada akhirnya harus mempertanggungjawabkan bagaimana menginvestasikan sumber dan sarana yang diberikan kepadanya.  Waktu Yesus mengajarkan mengenai kedatangan-Nya yang kedua, Dia menekankan pelajaran yang amat penting: bahwa hanya penatalayan yang setia lah yang siap untuk menyambut kedatangan-Nya.

Seperti kita tahu, parabel yang dipakai Tuhan Yesus adalah tentang tiga hamba yang masing2 menerima sejumlah uang dari majikan mereka sebelum majikan ini pergi lama untuk suatu perjalanan jauh. Sekembalinya dari perjalanannya, sang majikan menemukan bahwa dua dari hamba2nya telah menginvestasikan uang mereka tapi satu dari mereka menguburnya di dalam tanah. Waktu hamba yang menguburkan uangnya ini memberikan alasan2nya, sang majikan tidak mau mendengarkan, malah dia marah terhadap hamba yang malas ini dan menghukumnya dengan keras. Sementara itu, hamba2 yang setia menikmati pujian dan upah dari hasil kerja dan jerih payah mereka.

Para pemimpin dan hamba Tuhan adalah penatalayan.  Kita mengatur banyak sumber dan sarana karena kita memimpin jemaat dalam memanfaatkan sumber dan sarana mereka.

Penatalayanan dan Siapa Tuhan
Tuhan tidak memiliki kebutuhan, dan Dia tidak menciptakan alam semesta ini karena dia kesepian atau kurang kerjaan. Tapi Dia menciptakan semuanya karena kasihNya yang melimpah.  Sebagai penatalayan, kita menimba semua yang kita miliki dari Sumber yang kekal, sang Pencipta yang agung. Di dalam Mazmur 104:1-35 kita dapati renungan puitis tentang keajaiban Tuhan. 

Penatalayanan dan Siapa Saya
Tuhan telah mempercayakan kepada kita suatu kehormatan dan tanggung jawab untuk menjadi penatalayan dari semua mahluk dan sumber dan sarana di planet ini.  Ketika kita membentuk, memperindah dan dengan kreatif mempergunakan semua mineral, tumbuhan, dan binatang yang Tuhan sudah berikan bagi kita, kita harus mempertanggungjawabkan hasilnya.  Dalam Kejadian 1:28-30 kita bisa ingat2 kembali mandat apa saja yang Tuhan berikan kepada manusia sebelum kejatuhannya.

Penatalayanan dan Apa yang Saya Lakukan
Dalam Kejadian 39:1-41:57 Yusuf memberikan contoh klasik mengenai penatalayanan.  Tidak perduli apapun keadaannya, Yusuf memanfaatkan sumber dan sarana yang disediakan baginya untuk tujuan2 baik.  Sumber dan sarana mana yang paling penting bagi seorang penatalayan?

Berkatalah Salomo kepada Allah: “Engkaulah yang telah menunjukkan kasih setia-Mu yang besar kepada Daud, ayahku, dan telah mengangkat aku menjadi raja menggantikan dia. Maka sekarang, ya Tuhan Allah, tunjukkanlah keteguhan janji-Mu kepada Daud, ayahku, sebab Engkaulah yang telah mengangkat aku menjadi raja atas suatu bangsa yang banyaknya seperti debu tanah. Berilah sekarang kepadaku hikmat dan pengertian, supaya aku dapat keluar dan masuk sebagai pemimpin bangsa ini, sebab siapakah yang dapat menghakimi umat-Mu yang besar ini?” (2 Tawarikh 1:8-10 TB)

Jumat, 17 Mei 2013

Renungan: Menara

Menara.

Kata mereka: "Mari kita mendirikan kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, supaya kita termasyhur dan tidak tercerai berai di seluruh bumi." (Kejadian 11:4)

Refleksi:
Menara yang mereka bangun kemungkinan besar adalah sebuah ziggurat, bangunan yang umum di Babylonia pada masa itu. Ziggurat dibangun untuk tempat berdoa, dan terlihat seperti piramid dengan tangga2 atau jalan menanjak di sampingnya. Ziggurat bisa berdiri mencapai 300 kaki dan biasanya juga lebarnya sama dengan itu, jadi biasanya bangunan ini menjadi tempat yang menonjol di tengah kota. Dalam cerita ini orang2 tersebut membangun menara sebagai monumen bagi kebanggaan mereka sendiri, yang ingin dipamerkan ke seluruh dunia.

Pada waktu itu mereka bersatu, tapi persatuan mereka adalah untuk melakukan sesuatu yang mendukakan Allah. Perhatikan apa kata mereka: "supaya kita termasyhur". Menara Babel adalah keberhasilan manusia yang hebat, tapi monumen itu diperuntukkan bagi manusia dan bukan untuk memuliakan Tuhan.  Persatuan bisa menjadi tujuan yang baik, kalau kita melakukan sesuatu yang benar bersama2. Lingkungan kita atau masyarakat sekitar kita bisa menekan kita supaya ikut arus, tapi kita harus memiliki keberanian dan ketetapan hati untuk memisahkan diri dari mereka.

Mungkin kita juga membangun 'menara' agar kita diperhatikan orang dan orang melihat keberhasilan kita: baju mahal, rumah besar, mobil bagus, pekerjaan penting, pelayanan menonjol. Semua hal ini tidak ada salahnya, tapi kalau kita pergunakan itu semua untuk mendapatkan identitas diri atau harga diri, semua itu jadi merampas tempat yang seharusnya menjadi milik Allah.  Kita diberi kebebasan untuk berkembang dalam segala bidang, tapi kita tidak dibenarkan untuk menggantikan tempat Tuhan dalam hidup kita.

Tanyakan pada Tuhan agar Dia menunjukkan pada kita "menara" yang telah kita bangun dalam hidup kita. Dan minta kekuatan dari Nya untuk dapat melawan arus, agar melakukan apa yang benar.


Sumber:
Alkitab Hidup Berkelimpahan

Selasa, 06 November 2012

Bukan selalu karena dosa

Tidak semua penderitaan disebabkan oleh dosa. Ada kalanya Tuhan mengizinkan hal itu terjadi walau kita tidak tahu tujuannya. Itulah respons Ayub terhadap opini Elifas, yang didasarkan pada pengalamannya. Namun Ayub tetap pada keyakinannya bahwa dia tidak bersalah di hadapan Tuhan (6:28-30).

Senin, 05 November 2012

Rabu, 12 September 2012

Kami tidak mendapat makanan rohani

                                      “Kami tidak mendapat makanan rohani”
Dugaan saya adalah bahwa kebanyakan pemimpin gereja  telah mendengar perkataan ini dikatakan di gereja mereka - biasanya saat seseorang sedang bersiap-siap untuk pergi mencari gereja yang lain. Saya tahu bahwa mendengar perkataan ini akan membuat saya perlu merefleksikan kembali efektivitas pelayanan saya. Tetapi, bagaimana caranya agar seorang pemimpin jemaat dapat memberi jawab terhadap pernyataan seperti itu?

Ada dua pertanyaan yang dapat menolong untuk menggali jawaban terhadap pernyataan di atas:
-    Siapa sebenarnya yang bertanggung jawab terhadap pertumbuhan rohani?
-    Apa yang diperlukan untuk mengalami pertumbuhan rohani?

Saat mendengar seseorang berkata: “Kami tidak mendapat makanan rohani”, rasanya seperti sungguh-sungguh satu tuduhan: “Engkau tidak melakukan pekerjaanmu/pelayananmu dengan baik…….  karena itu kami pergi tinggalkan gereja ini.”  Saat orang-orang datang ke gereja, mereka ingin bertumbuh secara rohani.  Di masyarakat kita ada banyak tempat untuk menciptakan pertemanan dan banyak kegiatan yang membuat seseorang terus sibuk.  Tetapi hanya gereja yang menjanjikan seseorang untuk terhubung dengan dan berjalan bersama Kristus. Hari-hari ini, orang-orang ingin mengalami Allah secara segar serta menerima bimbingan dan kekuatan dan tujuan yang berasal dari hubungan yang hidup dengan Allah. Saat seseorang datang ke gereja, mungkin saja mereka tidak mengatakannya dengan tepat, tetapi dalam tingkatan tertentu mereka sedang mencari pertolongan untuk bertumbuh secara rohani semakin dekat pada Allah. Dan ketika mereka berkata: “Kami tidak mendapat makanan rohani”, sebenarnya mereka sedang berkata: “Kami tidak bertumbuh secara rohani”.

Pemimpin jemaat umumnya tidak berhenti untuk merenung saat seseorang menuduh bahwa mereka sebagai pemimpin tidak efektif bekerja/melayani jemaat untuk melakukan panggilan mereka: menolong orang-orang bertumbuh dewasa sebagai murid Kristus. Tetapi marilah kita jujur. Dapatkah seseorang membuat orang lain bertumbuh secara rohani? Jawabannya, tentu saja adalah: “Tidak!”. Jadi, apa yang gereja dapat lakukan untuk menolong jemaatnya bertumbuh secara rohani? Menurut saya, ada empat hal:

1.    Pemimpin jemaat perlu menjaga fokus utama jemaat pada pertumbuhan rohani

Hal ini tidak semudah kedengarannya. Ada banyak hal yang gereja perlu pikirkan & kerjakan yang kerap kali justru menghalangi fokus pada pertumbuhan rohani: mencari dana untuk pelayanan, memberi perhatian yang cukup pada jemaat, program kerja, perawatan fasilitas gereja, menjalankan kegiatan-kegiatan /tradisi gereja. Hal-hal baik tersebut kerap kali mengganggu fokus utama gereja: menjadikan murid-murid Kristus yang lebih banyak dan lebih baik.

Suatu kali, Gembala jemaat tempat saya beribadah berkata: “Jemaat kita akan mengalami transformasi rohani. Kita semua akan mengalami perjalanan rohani. Perjalanan rohani menyangkut respons pribadi kita pada panggilan Kristus untuk semakin dekat kepadaNya – tanpa takut, karena kita tahu IA mengasihi kita apa adanya – juga karena IA sangat mengasihi kita sehingga IA tidak akan meninggalkan kita apa adanya – agar kita belajar menjalani hidup seperti DIA saat kita bergabung denganNya untuk melayani sesama”.

Apakah hal yang paling utama dalam gereja anda adalah menolong orang-orang bertumbuh sebagai murid Kristus Yesus? Apakah ketika seseorang beberapa kali beribadah di gereja anda, mereka dapat memahami bahwa gereja anda, di atas segalanya, sungguh-sungguh komit untuk menolong orang mengalami transformasi hidup ketika hati mereka terbuka dan taat mengikuti Kristus? Apakah mereka mengetahui bahwa keinginan bahkan harapan utama pemimpin gereja-nya adalah agar orang-orang semakin maju dalam perjalanan rohani mereka?

2.    Pemimpin jemaat harus menjadikan pertumbuhan rohani sebagai pusat kehidupan pribadinya

Seorang pemimpin gereja berkata: “Seberapa kecepatan seorang pemimpin, demikianlah kecepatan tim yang dipimpinnya”. Hanya jika seorang pemimpin rohani adalah orang yang dewasa rohani yang terus menerus meningkatkan kehidupan rohaninya dengan kedisiplinan, ketaatan dan sukacita pengharapan, maka jemaatnya juga dapat hidup secara demikian. Iman tidak saja diajarkan tetapi juga ditularkan. Orang-orang tidak akan berkomitmen untuk sesuatu hal yang mereka rasa tidak menjadi prioritas utama dari kehidupan para pemimpin rohani mereka.

Generasi yang lebih muda merindukan otentisitas/keaslian. Mereka bertumbuh memahami banyak hal dari media. Mereka dapat membedakan dan memahami  hal-hal yang palsu. Mereka ingin sesuatu yang nyata, sesuatu yang otentik/asli. Jika mereka tidak dapat merasakan vitalitas rohani yang asli dalam diri para pemimpin, maka mereka akan mengalami kekecewaan.

3.    Pemimpin jemaat perlu menyediakan jemaatnya alat/sarana yang dibutuhkan untuk mendukung dan meneguhkan perjalanan rohani mereka

Merupakan tanggung jawab dari pemimpin jemaat untuk menyediakan alat/sarana dan kesempatan yang diperlukan untuk menciptakan pertumbuhan rohani. Sebagian besar hal-hal ini bukanlah suatu misteri. Orang-orang memerlukan pengalaman yang segar bersama Tuhan di dalam penyembahan. Orang-orang memerlukan perawatan di dalam kelompok kecil. Orang-orang perlu belajar membaca Firman Tuhan dan mendengarkan suara Tuhan. Orang-orang perlu belajar bagaimana caranya agar kehidupan rohani mereka terus hidup dan bergairah setiap minggu. Orang-orang harus menemukan bagaimana Allah telah mempersiapkan mereka secara unik untuk pelayanan & bagaimana menjalankan pelayanan tersebut. Tidak ada satu paket tertentu yang dapat menolong semua orang mengalami kemajuan dalam perjalanan rohani mereka. Tiap-tiap orang berbeda; tiap-tiap generasi berbeda; tiap jemaat/gereja berbeda. Hal yang terpenting bukanlah membuat satu program sesuai tradisi/denominasi gereja, melainkan belajar dari pengalaman tradisi kekristenan, bagaimana menemukan hal-hal apa yang sangat efektif dalam konteks setempat yang dapat menolong orang-orang menjadi semakin seperti Kristus dan meneladaniNya untuk melayani Kerajaan Allah. Seorang pemimpin jemaat harus terus menerus mencari alat/sarana untuk pertumbuhan rohani yang dapat diberikan pada jemaat dan terus bertanya: “Apakah jemaat saya hidup semakin seperti Kristus?”.

4.    Pemimpin jemaat perlu menolong jemaat untuk mengerti bahwa pertumbuhan rohani adalah tanggung jawab mereka sendiri. Seorang guru piano dapat memperlihatkan pada muridnya cara bermain piano & memberikannya masukan agar dapat memainkan piano dengan benar, tetapi sang guru tidak dapat berlatih untuk/menggantikan muridnya. Seorang dokter dapat mengajar pasiennya cara mengurangi berat badan, tetapi sang dokter tidak dapat berolahraga untuk pasiennya atau membuat sang pasien menjaga pola makannya. Hal yang sama berlaku dalam perjalanan rohani. Seorang Pemimpin Komsel (PKS) dapat menolong seseorang mengetahui cara membaca Firman Tuhan untuk mendengar suara Tuhan, tetapi merupakan respons orang tersebut untuk membaca Alkitab tiap hari dengan ketaatan penuh. Seorang pengkhotbah dapat dengan fasih dan kreatif menjelaskan ajaran Yesus, tetapi hanya si pendengarnya yang dapat memilih, dengan pertolongan Roh Kudus, untuk menerapkan Firman Tuhan tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. Faktanya, kebanyakan gereja telah mengajar jemaatnya banyak hal melampaui tingkat ketaatan mereka.

Pada jangka panjang, keinginan para pemimpin gereja agar jemaatnya terus bergerak maju dalam perjalanan rohani mereka mengharuskan para pemimpin untuk terus mengingatkan jemaatnya, bahwa sekalipun gereja menyediakan berbagai alat/sarana untuk mereka bertumbuh, tergantung kepada masing-masing pribadi untuk bertanggung jawab atas pertumbuhan rohani mereka masing-masing dengan mempergunakan alat/sarana yang ada. Sebagai pemimpin jemaat, kita dapat mendukung, meneguhkan, mengingatkan, mengajar dan menyediakan kesempatan dan alat/sarana untuk pertumbuhan rohani, tetapi intinya adalah: kita tidak dapat menumbuhkan rohani mereka.



Diterjemahkan secara bebas & diedit seperlunya dari tulisan DR. Jeff Stiggins “We’re just not being fed spiritually”. Artikel asli dapat dilihat di: http://ctblog.flumc.org/?p=71

Sabtu, 04 Agustus 2012

10 ALASAN MEMPERCAYAI ALKITAB - PART 2

Ada banyak alasan mempercayai Alkitab sebagai Firman Tuhan. Dalam artikel sebelumnya "INILAH 10 ALASAN MEMPERCAYAI ALKITAB - PART 1" telah diulas beberapa alasan mempercayai Alkitab yaitu: Kejujurannya, Ketahanannya, Pernyataannya Mengenai Dirinya Sendiri, Mukjizatnya, dan Kesatuannya.

INILAH 10 ALASAN MEMPERCAYAI ALKITAB - PART 2:

6. Keakuratannya dari Segi Sejaraj dan Geografi

Selama berabad-abad banyak orang meragukan keakuratan Alkitab dari segi sejarah dan geografi. Namun para arkeolog modern berulang-ulang telah menggali dan menemukan bukti mengenai orang-orang tempat-tempat, dan kebudayaan-kebudayaan yang digambarkan dalam Kitab Suci.

Dari waktu ke waktu, deskripsi dalam Alkitab telah dibuktikan sebagai catatan yang lebih dapat diandalkan daripada spekulasi para ahli. Turis masa kini yang mengunjungi musium dan tempat-tempat yang dilukiskan di Alkitab mau tak mau sangat terkesan dengan latar belakang geografis dan historis dari teks Alkitab yang ternyata riil.

7. Rekomendasi dari Kristus

Banyak orang telah mengatakan hal yang baik mengenai Alkitab, tetapi tidak ada yang memberi rekomendasi sekuat yang diberikan Yesus dari Nazaret. Ia merekomendasikan Alkitab bukan hanya dengan ucapan-Nya teetapi juga dengan kehidupan-Nya.

Pada saat-saat pencobaan-Nya, pengajaran di hadapan orang banyak, dan penderitaan-Nya, Yesus dengan jelas memperlihatkan bahwa Ia mempercayai Kitab Suci Perjanjian Lama lebih dari sekedar tradisi nasional (Mat 4:1-11, 5:17-19).

Yesus percaya bahwa Alkitab adalah buku tentang Diri-Nya sendiri. Kepada orang-orang senegri-Nya Ia berkata, "Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa olehnya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu" (Yoh 5:39-40).

8. Keakuratan Ramalannya

Dari zaman Musa, Alkitab telah meramalkan peristiwa-peristiwa yang tak seorang pun ingin mempercayainya.

Sebelum Israel masuk ke Tanah Perjanjian, Musa meramalkan bahwa Israel akan tidak setia, bahwa Israel akan kehilangan tanah yang Allah berikan kepadanya, dan bahwa Israel akan tercerai-berai ke seluruh dunia, dikumpulkan kembali, dan kemudian dibangun kembali (Ul 28-31).

Pusat dari ramalan Perjanjian Lama adalah janji tentang Mesias yang akan menyelamatkan umat Allah dari dosa-dosa mereka dan pada akhirnya membawa penghakiman dan kedamaian bagi seluruh dunia.

9. Keberlangsungannya

Kitab-kitab Musa ditulis 500 tahun sebelum kitab-kitab Hindu yang paling awal. Musa menulis kitab Kejadian 2.000 tahun sebelum Muhammad menulis Quran. Selama masa yang panjang itu, tak ada buku yang dikasihi atau dibenci seperti Alktiab.

Tak ada buku yang secara konsisten telah dibeli, dipelajari, dan dikutip seperti Alkitab. Sementara jutaan judul-judul lain muncul dan tenggelam, Alkitab tetap merupakan buku yang menjadi ukuran bagi buku-buku lain.

Sekalipun sering diabaikan oleh orang yang merasa tak nyaman dengan ajaran-ajarannya, Alkitab tetap merupakan buku utama dari peradaban Barat.

10. Kuasanya untuk Mengubah Hidup Manusia

Orang yang tidak percaya sering menunjuk kepada mereka yang mengatakan bahwa mereka percaya Alkitab tetapi hidupnya tidak berubah. Tetapi sejarah juga ditandai oleh mereka yang kehidupannya menjadi lebih baik oleh karena buku ini.

Sepuluh Perintah Allah telah menjadi sumber pengarahan moral bagi banyak orang yang tak terhitung jumlahnya. Mazmur-mazmur Daud telah memberikan kekuatan pada waktu kesulitan dan kehilangan. Khotbah Yesus di Bukit telah menjadi obat bagi jutaan orang untuk mengatasi kesombongan dan sikap legalisme. Uraian Paulus mengenai Kasih di 1Korintus 13 telah banyak melunakkan hati yang sedang marah.

Perubahan hidup dari orang-orang seperti Rasul Paulus, Agustinus, Martin Luther, John Newton, Leo Tolstoy, dan C.S. Lewis menunjukkan perubahan yang dapat dilakukan Alkitab. Bahkan satu bangsa atau suku seperti Celtic di Irlandia, Viking yang liar di Norwegia, atau Indian Auka di Equador telah diubah oleh Firman Allah dan kehidupan serta karya Yesus Kristus yang tak terbandingkan.

Anda Tidak Sendirian jika Anda masih meragukan Alkitab. Alkitab, sama seperti dunia di sekitar kita, memang mengandung unsur-unsur misteri. Namun demikian, jika Alkitab benar-benar seperti yang dikatakannya, Anda tidak perlu memilah-milah sendiri bukti-bukti yang ada.

Yesus justru menjanjikan pertolongan ilahi bagi mereka yang ingin mengenal kebenaran tentang diri-Nya dan ajaran-Nya. Sebagai tokoh utama dari Perjanjian Baru, Yesus berkata, "Barangsiapa mau melakukan kehendak Allah, ia akan tahu entah ajaran-Ku ini berasal dari Allah, entah aku berkata-kata dari diri-Ku sendiri" (Yoh 7:17).

Satu kunci penting untuk mengerti Alkitab adalah bahwa Alkitab tidak pernah bermaksud untuk menarik kita kepada dirinya sendiri. Setiap prinsip di dalam Alkitab memperlihatkan kebutuhan kita akan pengampunan yang disediakan Kristus bagi kita. Alkitab memperlihatkan mengapa kita perlu membiarkan Roh Kudus hidup melalui kita. Untuk hubungan yang seperti inilah Alkitab diberikan kepada kita.


Sumber:
- sejarah.sabda.org
- http://edwinpaendong.blogspot.com/2012/08/10-alasan-mempercayai-alkitab-part-2.html


.

Rabu, 01 Agustus 2012

INILAH 10 ALASAN MEMPERCAYAI ALKITAB - PART 1

Alkitab adalah Firman Allah, yang ditulis oleh orang-orang yang dipakai oleh Allah (menerima wahyu dan ilham Allah, digerakkan dan dinafaskan Allah) (2 Timotius 3:16; 2 Petrus 1:20-21). Orang-orang tersebut mempunyai profesi atau pekerjaan yang berbeda, dari kalangan bawah sampai kalangan atas, ada penggembala, pemungut cukai, nelayan, tabib, menteri, raja, filsuf, dll. Juga dari latar belakang pendidikan dan budaya yang berbeda. Lamanya tahun penulisan kurang lebih 1600 tahun (antara tahun 1450 BC – AD 96).

INILAH 10 ALASAN MEMPERCAYAI ALKITAB:

1. Kejujurannya

Alkitab sungguh jujur. Alkitab memperlihatkan Yakub, bapak dari "bangsa pilihan," sebagai seorang penipu. Alkitab juga menggambarkan Musa, sang pemberi Hukum Taurat, sebagai seorang pemimpin yang merasa tidak aman dan keras kepala, yang dalam usaha pertamanya untuk menolong bangsanya sendiri, membunuh seorang laki-laki dan kemudian lari menyelamatkan diri ke padang gurun.

Alkitab menggambarkan Daud bukan hanya sebagai raja yang paling dikasihi, panglima perang dan pemimpin rohani, tetapi juga sebagai orang yang mengambil isteri orang lain dan kemudian, untuk menutupi dosanya, bersekongkol untuk membunuh sang suami.

Pada satu sisi, Kitab Suci pernah menilai bahwa umat Allah, bangsa Israel, begitu buruk, sehingga Sodom dan Gomora tampak baik bila dibandingkan dengan mereka (Yeh 16:46-52).

Alkitab memperlihatkan bahwa sifat alamiah manusia memusuhi Allah. Alkitab memprediksikan masa depan yang penuh dengan masalah. Alkitab mengajarkan bahwa jalan ke Surga sempit dan jalan ke Neraka lebar.

Jelaslah, Kitab Suci ini tidak ditulis untuk mereka yang hanya menginginkan jawaban sederhana atau pandangan terhadap agama dan manusia yang ringan dan serba optimis.

2. Ketahanannya

Ketika negara Israel yang modern muncul kembali setelah ribuan tahun orang Israel tercerai-berai, seorang gembala Beduin menemukan satu dari harta karun arkeologis yang paling penting di zaman ini.

Dalam sebuah gua di tepi Barat Daya Laut Mati, di dalam sebuah buli-buli yang pecah ditemukan dokumen-dokumen yang telah disembunyikan selama dua ribu tahun. Temuan-temuan tambahan menghasilkan salinan-salinan naskah yang umurnya seribu tahun lebih tua dari salinan-salinan tertua yang diketemukannya sebelumnya.

Satu dari yang paling penting adalah salinan kitab Yesaya. Isinya ternyata sama dengan kitab Yesaya yang ada di Alkitab kita.

Gulungan-gulungan naskah Laut Mati itu muncul dari debu bagaikan jabatan tangan yang bersifat simbolik untuk mengucapkan selamat datang kepada bangsa Israel yang baru kembali ke tanah airnya.

Gulungan-gulungan itu menyingkirkan pendapat dari sebagian orang yang mengatakan bahwa Alkitab yang asli sudah hilang ditelan waktu dan sudah rusak.

3. Pernyataannya Mengenai Dirinya Sendiri

Apa yang dikatakan Alkitab tentang dirinya sendiri adalah hal yang penting untuk diketahui. Jika para penulis Kitab Suci sendiri tidak pernah mengklaim bahwa mereka berbicara bagi Allah, tentunya kita berbuat lancang jika kita membuat klaim itu bagi mereka. Mungkin kita juga akan menghadapi persoalan lain. Kita mungkin akan menghadapi sejumlah misteri yang tidak terpecahkan, yang terkandung di dalam tulisan yang bersifat historis dan etis. Dan kita tidak akan mempunyai sebuah buku yang telah mengilhami munculnya sinagoga dan gereja yang tidak terhitung jumlahnya di seluruh dunia.

Suatu Alkitab yang tidak mengklaim bahwa ia berbicara atas nama Allah tentunya tidak akan menjadi fondasi bagi iman ratusan juta orang Yahudi dan Kristen (2Pet 1:16-21).

Namun, dengan didukung oleh bukti dan argumentasi yang cukup, para penulis Alkitab telah mengklaim bahwa mereka diilhami oleh Allah. Berhubung jutaan orang telah mempertaruhkan kehidupan mereka saat ini dan saat kekekalan pada klaim-klaim itu, Alkitab bukanlah buku yang baik jika para penulisnya berbohong secara konsisten tentang sumber informasi mereka.

4. Mukjizatnya

Peristiwa keluarnya Israel dari Mesir memberikan dasar historis untuk mempercayai bahwa Allah telah menyatakan Diri-Nya sendiri kepada Israel. Seandainya Laut Merah tidak terbelah sebagaimana yang diceritakan Musa, Perjanjian Lama kehilangan otoritasnya untuk berbicara atas nama Allah. Demikian pula Perjanjian Baru juga bergantung pada mukjizat.

Seandainya Yesus secara badani tidak bangkit dari kematian, Rasul Paulus mengatakan bahwa iman Kristen didirikan di atas kebohongan (1Kor 15:14-17). Untuk memperlihatkan kredibilitasnya, Perjanjian Baru menyebutkan saksi-saksinya, dan ini dilakukannya di dalam kerangka waktu yang memungkinkan klaim-klaim itu diuji kebenarannya (1Kor 15:1-8).

Banyak dari para saksi itu akhirnya mati sebagai martir, bukan untuk membela keyakinan moral atau rohani yang abstrak tetapi untuk klaim mereka bahwa Yesus telah bangkit dari kematian.

Memang mati sebagai martir bukan hal yang aneh, namun tetaplah penting untuk menyadari apa yang menyebabkan mereka rela kehilangan nyawanya. Banyak orang rela mati untuk sesuatu yang mereka percaya sebagai kebenaran. Dan tidak ada yang rela mati untuk sesuatu yang mereka tahu sebagai kebohongan.

5. Kesatuannya

Empat puluh pengarang yang berbeda menulis 66 kitab dalam Alkitab selama lebih dari 1.600 tahun. Empat ratus tahun yang hening memisahkan 39 kitab Perjanjian Baru. Namun demikian, dari Kejadian sampai Wahyu, semua kitab menceritakan satu cerita yang utuh.

Bersama-sama mereka memberikan jawaban yang konsisten terhadap pertanyaan-pertanyaan terpenting yang dapat kita tanyakan: Mengapa kita di sini? Bagaimana kita dapat mengatasi rasa takut? Bagaimana kita dapat berhasil? Bagaimana kita bisa bangkit dari keadaan kita yang buruk dan tetap berpengharapan? Bagaimana kita dapat berdamai dengan Pencipta kita?

Jawaban-jawaban Alkitab yang konsisten terhadap pertanyaan-pertanyaan ini memperlihatkan bahwa Kitab Suci bukanlah banyak buku melainkan satu buku.

Ikuti lanjutannya di INILAH 10 ALASAN MEMPERCAYAI ALKITAB - PART 2



Sumber:
- sejarah.sabda.org
- edwinpaendong.blogspot.com/2012/08/inilah-10-alasan-mempercayai-alkitab.html

.

Kamis, 10 Mei 2012

Miskin Harta namun Kaya Hati

Jemaat Makedonia: Miskin Harta namun Kaya Hati (2 Korintus 8:1-15)

Tahukah Anda bahwa nilai kekayaan terbesar dalam hidup seseorang sebenarnya tersimpan di dalam hatinya? Kekayaan bukanlah berapa banyak yang kita miliki melainkan berapa banyak yang kita telah berikan dari hidup kita bagi Tuhan dan sesama kita.
Bukankah banyak orang yang memiliki “banyak” tetapi memberi “lebih sedikit”, dan banyak orang yang mempunyai “lebih sedikit” tetapi mampu memberi “lebih banyak” dibanding apa yang mereka miliki? Apa yang membedakannya? Ini merupakan persoalan “keadaan hati”. Banyak orang mungkin saja “kaya harta” namun “miskin hati”, sedangkan banyak orang bisa saja “miskin harta” namun ‘kaya hati”. Tetapi lebih berbahagia lagi kalau seseorang “kaya harta” dan “kaya hati”.
   
Jemaat Makedonia adalah jemaat yang masuk kategori menengah ke bawah, bahkan rasul Paulus menuliskan dalam ayat 2-5 tentang kehidupan jemaat makedonia:
-    Mereka berada di dalam masa pencobaan yang berat
-    Mereka berada di dalam situasi penderitaan
-    Mereka berada dalam keadaan ekonomi yang “sangat miskin”
-    Namun mereka “kaya dalam kemurahan”
-    Mereka memberi menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka, dan memberi lebih banyak dari yang diharapkan

Apa rahasianya Jemaat Makedonia Miskin Harta namun Kaya Hati?

1.    Jemaat Makedonia menyadari bahwa pelayanan adalah kasih karunia Tuhan (ayat 4) dan memberi bagi pekerjaan Tuhan berarti mengambil bagian dalam kasih karunia Tuhan.

2.    Jemaat Makedonia memberi hidupnya kepada Allah dan pelayanan pekerjaan Tuhan (ayat 5). Jika hidup sudah diberikan sepenuhnya untuk Tuhan, apa susahnya memberi materi untuk pekerjaan Tuhan?

3.    Karena mereka sungguh menyadari arti dari kasih Kristus yang berkorban (ayat 9)

4.    Jemaat Makedonia adalah jemaat yang memiliki “mentalitas kelimpahan”. Mereka tidak pernah terfokus kepada apa yang mereka miliki tetapi apa yang dapat mereka berikan dan lakukan untuk Tuhan melaui pekerjaan Tuhan.

Bagaimana dengan Anda???



Penulis: Pdt. Deisy Grace Podengge S, MA. 
Beliau adalah seorang Hamba Tuhan yang senang anak-anak Tuhan untuk bertumbuh maksimal dalam iman & kedewasaan rohani. Saat ini melayani bersama suami (Pdt. Iwan Siahaan, MA) menggembalakan di GSJA CWS EKKLESIA Hayam Wuruk dan juga sebagai staf Pastoral di GSJA CWS Kenanga 06.00. Beliau juga melayani sebagai seorang penyiar Radio Gracia AM 720 Jakarta

Sumber: http://www.gsjadki.org/2012/05/miskin-harta-namun-kaya-hati.html 

TUNAIKANLAH TUGAS PELAYANANMU

Tunaikanlah-tugas-pelayananmu, GSJA-DKI, Iwan-Siahaan
Allah menciptakan segala sesuatu di dunia ini dengan tujuannya masing-masing.

Saat manusia diciptakan, Allah punya rencana & tujuan yang jelas baginya. Sayang sekali, tujuan & rencana Allah tersebut rusak karena manusia jatuh dalam dosa. Manusia terpisah dari Allah, Sang Pencipta, dan manusia tidak lagi hidup bukan untuk Allah & tujuan-Nya melainkan bagi dirinya sendiri. Kelihatannya menyenangkan, tetapi akhir hidupnya adalah kebinasaan belaka.

Syukur karena Allah yang begitu mengasihi manusia. Putra-Nya, Yesus Kristus, dikirim ke dunia menjelma menjadi manusia, mati di kayu salib menebus dosa, bangkit & kembali ke Sorga serta suatu saat akan datang kembali. Di dalam Yesus, rencana & tujuan Allah bagi manusia dipulihkan. Manusia yang percaya pada-Nya hidup bagi-Nya.

Menjadi orang Percaya adalah menjadi orang yang melayani. Pengorbanan Yesus yang telah menyerahkan diri-Nya mati demi keselamatan manusia berdosa adalah dasar pelayanan orang Percaya bagi dunia ini (Yohanes 3:16). Tidak hanya itu, sebagaimana Yesus telah berkorban bagi dunia demikianlah kita diminta Tuhan untuk meneladani bahkan berkorban bagi orang-orang yang kita layani (I Yohanes 3:16). Kita melayani bukan untuk menerima melainkan untuk memberi. Sebagai orang Percaya kita dipanggil Tuhan untuk melayani, bukan untuk dilayani.

Kerinduan hati Tuhan adalah supaya setiap orang bertobat, percaya kepada Yesus Kristus & diselamatkan. Inilah Misi Tuhan bagi dunia yang harus kita kerjakan. Untuk itu, pertama-tama kita perlu berdoa bagi dunia. Berdoa bagi orang-orang yang belum percaya dimulai dari keluarga & lingkungan kita sendiri. Berdoalah agar mereka dapat mengalami Kasih Tuhan yang menyelamatkan. Berdoalah agar sebagai orang Percaya, Kasih Kristus senantiasa ada dalam kita & dapat kita bagikan kepada sesama manusia. Berdoalah agar Tuhan mengurapi kita menjadi pribadi yang memberitakan Kabar Baik kepada orang-orang yang terhilang dalam dosa. Berdoalah agar Kerajaan Allah datang & Kehendak Tuhan jadi di dunia ini.

Doa tidak akan berarti tanpa perbuatan. Jalinlah persahabatan dengan orang-orang yang membutuhkan Kasih Kristus. Jadilah terang & teladan hidup bagi mereka. Datangilah & saksikanlah Kasih Tuhan yang telah kita alami. Beritakanlah bahwa keselamatan hanya ada di dalam Tuhan Yesus Kristus karena DIA adalah satu-satunya jalan kepada Bapa Surgawi.

Doa yang terus menerus & usaha yang tak kenal lelah harus disertai dengan kerelaan memberi dana agar tujuan Allah benar-benar tergenapi. Tidak dapat disangkal, semua pelayanan membutuhkan biaya. Kita diberkati Tuhan untuk menjadi berkat bagi pelayanan & sesama melalui pemberian dana yang kita lakukan. Jika ingin melihat orang-orang diselamatkan maka kita perlu membayar harganya, yaitu: DOA, DAYA & DANA.

Kamp Auschwitz adalah tempat pembantaian jutaan jiwa orang Yahudi oleh tentara NAZI Jerman. Sudah menjadi kebiasaan di Kamp tersebut jika ada 1 orang tawanan melarikan diri maka sebagai akibatnya 10 orang dari tawanan yang ada akan dipilih secara acak & dihukum mati ganti orang yang kabur tersebut. Satu kali seorang tawanan kabur & tentara memilih orang-orang yang akan dihukum mati. Orang yang ke-10 terpilih adalah Franciszek Gajowniczek . Franciszek kemudian menangis tersedu-sedu sambil menyebut-nyebut istri & anak-anaknya. Tiba-tiba dari belakang barisan seorang berlari ke dapan sambil meminta ijin bicara kepada Komandan Pasukan. Setelah diberikan ijin bicara pria ini menyampaikan permohonan agar dirinya  diberikan kesempatan menanggung hukuman mati ganti pria yang menangis tadi. Pria ini beralasan bahwa ia tidak memiliki keluarga sedangkan pria yang hendak digantikannya memiliki istri & anak-anak. Ia siap mati demi orang ke-10 tadi. Komandan pasukan akhirnya menyetujui & jadilah pria ini yang masuk kelompok orang-orang yang akan dihukum mati. Nama pria ini adalah Maximilian Kolbe, seorang Biarawan. 14 Agustus 1941 adalah hari kematian Kolbe. Uniknya, Franciszek akhirnya lolos dari kematian di Kamp Auschwitz saat Perang Dunia II berakhir & dapat bertemu dengan istri serta anak-anaknya dalam keadaan selamat. Tetapi keselamatannya hanya dapat terjadi karena ada seorang Maximilian Kolbe yang bersedia mati menggantikan dirinya. Setiap tanggal 14 Agustus Franciszek Gajowniczek & keluarga datang ke bekas Kamp Auschwitz untuk memperingati kasih & pengorbanan Kolbe baginya.

Franciszek adalah gambaran kehidupan kita dulu yang harus dihukum mati karena dosa-dosa. Kolbe adalah gambaran Kristus yang bersedia mati menggantikan kita. Saat kita telah menerima Kasih Kristus, sekarang Tuhan memanggil kita untuk menjadi “Kolbe-kolbe” yang rela berkorban bagi orang-orang lainnya yang masih terhilang dalam dosa. Inilah panggilan Tuhan bagi kita.

Tunaikanlah tugas pelayananmu ! (II Timotius 4:5)



Selasa, 13 Desember 2011

11 Aturan Dasar Mendidik Anak (Nanny 911)

GSJADKI, GSJADKI.ORG,11 Aturan Dasar Mendidik Anak, Pdt. Iwan Siahaan


Berikut adalah 11 Aturan Dasar Mendidik Anak (Nanny 911), yang disampaikan Nanny Stella dalam seminarnya di JITEC, Mangga Dua Square, Jakarta, Sabtu (7/12/09) lalu.

Menurutnya, 11 Aturan Dasar Mendidik Anak ini lintas usia, lintas negara, tidak situasional, tidak emosional, absolut, dan dibuat untuk menghindari tindakan-tindakan buruk yang bisa saja terjadi di masa mendatang.

Selasa, 29 November 2011

APAKAH GUBUKMU TERBAKAR?

Satu-satunya orang yang selamat dari kecelakaan sebuah kapal terdampar di pulau yang kecil dan tak berpenghuni. Pria ini segera berdoa supaya Tuhan menyelematkannya, dan setiap hari dia mengamati langit mengharapkan pertolongan, tetapi tidak ada sesuatupun yang datang.


Dengan capainya, akhirnya dia berhasil membangun gubuk kecil dari kayu apung untuk melindungi dirinya dari cuaca, dan untuk menyimpan beberapa barang yang masih dia punyai.

PASANGAN HIDUP SEJATI

Suatu waktu, ada seorang pedagang kaya yang mempunyai 4 orang isteri. Dia mencintai isteri yang keempat dan memberinya harta dan kekayaan yang banyak. Sebab dialah yang tercantik di antara semua isterinya.

Pria ini sangat bangga dengan isteri ketiganya, dan selalu berusaha memperkenalkannya kepada semua temannya. Ia juga selalu kuatir kalau isterinya ini akan lari dengan pria yang lain.

DARAH YESUS

Pada suatu malam di gereja, seorang wanita muda merasakan panggilan Tuhan pada hatinya. Ia meresponnya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamatnya. Wanita muda itu pernah mempunyai masa lalu yang sulit, terlibat dalam alkohol, obat-obatan, dan tindakan asusila. Tetapi, perubahan dalam dirinya sangat nyata.


Sejalan dengan waktu, ia menjadi anggota gereja yang setia. Setahap demi setahap ia terlibat dalam pelayanan, mengajar anak-anak muda. Tak seberapa lama kemudian, wanita muda ini tertarik dengan anak lak-laki pendeta. Hubungan bertumbuh dan mereka mulai merencanakan pernikahan, dan di sinilah persoalan timbul.

BERKORBAN ITU INDAH

Musim hujan sudah berlangsung selama dua bulan sehingga di mana-mana pepohonan tampak menjadi hijau. Seekor ulat menyeruak di antara daun-daun hijau yang bergoyang-goyang diterpa angin. 

"Apa kabar daun hijau!!!" katanya. 

Tersentak daun hijau menoleh ke arah suara yang datang. "Oo, kamu ulat. Badanmu kelihatan kecil dan kurus, mengapa?" tanya daun hijau. 

BIARLAH YANG MISKIN BERKATA, "AKU KAYA!"

Suatu hari, ayah dari suatu keluarga yang sangat sejahtera membawa anaknya bepergian ke suatu negara yang sebagian besar penduduknya hidup dari hasil pertanian, dengan maksud untuk menunjukkan bagaimana kehidupan orang-orang yang miskin. 

Mereka menghabiskan waktu berhari-hari di sebuah tanah pertanian milik keluarga yang terlihat sangat miskin. Sepulang dari perjalanan tersebut, sang ayah bertanya kepada anaknya, "Bagaimana perjalanan tadi?" 

Senin, 28 November 2011

ARTI KEHIDUPAN

Ada seorang Ayah dalam sebuah keluarga. Ia adalah seorang pekerja keras yang mencukupi seluruh kebutuhan hidup bagi istri dan ketiga anaknya. Ia menghabiskan malam sesudah bekerja dengan menghadiri kursus-kursus, untuk mengembangkan dirinya dengan harapan suatu hari nanti dia bisa mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang lebih baik. 

Kecuali hari Minggu, sang Ayah sangat susah untuk bisa makan bersama-sama keluarganya. Dia bekerja dan belajar sangat keras karena dia ingin menyediakan keluarganya apa saja yang bisa dibeli dengan uang.