Rabu, 12 September 2012

Kami tidak mendapat makanan rohani

                                      “Kami tidak mendapat makanan rohani”
Dugaan saya adalah bahwa kebanyakan pemimpin gereja  telah mendengar perkataan ini dikatakan di gereja mereka - biasanya saat seseorang sedang bersiap-siap untuk pergi mencari gereja yang lain. Saya tahu bahwa mendengar perkataan ini akan membuat saya perlu merefleksikan kembali efektivitas pelayanan saya. Tetapi, bagaimana caranya agar seorang pemimpin jemaat dapat memberi jawab terhadap pernyataan seperti itu?

Ada dua pertanyaan yang dapat menolong untuk menggali jawaban terhadap pernyataan di atas:
-    Siapa sebenarnya yang bertanggung jawab terhadap pertumbuhan rohani?
-    Apa yang diperlukan untuk mengalami pertumbuhan rohani?

Saat mendengar seseorang berkata: “Kami tidak mendapat makanan rohani”, rasanya seperti sungguh-sungguh satu tuduhan: “Engkau tidak melakukan pekerjaanmu/pelayananmu dengan baik…….  karena itu kami pergi tinggalkan gereja ini.”  Saat orang-orang datang ke gereja, mereka ingin bertumbuh secara rohani.  Di masyarakat kita ada banyak tempat untuk menciptakan pertemanan dan banyak kegiatan yang membuat seseorang terus sibuk.  Tetapi hanya gereja yang menjanjikan seseorang untuk terhubung dengan dan berjalan bersama Kristus. Hari-hari ini, orang-orang ingin mengalami Allah secara segar serta menerima bimbingan dan kekuatan dan tujuan yang berasal dari hubungan yang hidup dengan Allah. Saat seseorang datang ke gereja, mungkin saja mereka tidak mengatakannya dengan tepat, tetapi dalam tingkatan tertentu mereka sedang mencari pertolongan untuk bertumbuh secara rohani semakin dekat pada Allah. Dan ketika mereka berkata: “Kami tidak mendapat makanan rohani”, sebenarnya mereka sedang berkata: “Kami tidak bertumbuh secara rohani”.

Pemimpin jemaat umumnya tidak berhenti untuk merenung saat seseorang menuduh bahwa mereka sebagai pemimpin tidak efektif bekerja/melayani jemaat untuk melakukan panggilan mereka: menolong orang-orang bertumbuh dewasa sebagai murid Kristus. Tetapi marilah kita jujur. Dapatkah seseorang membuat orang lain bertumbuh secara rohani? Jawabannya, tentu saja adalah: “Tidak!”. Jadi, apa yang gereja dapat lakukan untuk menolong jemaatnya bertumbuh secara rohani? Menurut saya, ada empat hal:

1.    Pemimpin jemaat perlu menjaga fokus utama jemaat pada pertumbuhan rohani

Hal ini tidak semudah kedengarannya. Ada banyak hal yang gereja perlu pikirkan & kerjakan yang kerap kali justru menghalangi fokus pada pertumbuhan rohani: mencari dana untuk pelayanan, memberi perhatian yang cukup pada jemaat, program kerja, perawatan fasilitas gereja, menjalankan kegiatan-kegiatan /tradisi gereja. Hal-hal baik tersebut kerap kali mengganggu fokus utama gereja: menjadikan murid-murid Kristus yang lebih banyak dan lebih baik.

Suatu kali, Gembala jemaat tempat saya beribadah berkata: “Jemaat kita akan mengalami transformasi rohani. Kita semua akan mengalami perjalanan rohani. Perjalanan rohani menyangkut respons pribadi kita pada panggilan Kristus untuk semakin dekat kepadaNya – tanpa takut, karena kita tahu IA mengasihi kita apa adanya – juga karena IA sangat mengasihi kita sehingga IA tidak akan meninggalkan kita apa adanya – agar kita belajar menjalani hidup seperti DIA saat kita bergabung denganNya untuk melayani sesama”.

Apakah hal yang paling utama dalam gereja anda adalah menolong orang-orang bertumbuh sebagai murid Kristus Yesus? Apakah ketika seseorang beberapa kali beribadah di gereja anda, mereka dapat memahami bahwa gereja anda, di atas segalanya, sungguh-sungguh komit untuk menolong orang mengalami transformasi hidup ketika hati mereka terbuka dan taat mengikuti Kristus? Apakah mereka mengetahui bahwa keinginan bahkan harapan utama pemimpin gereja-nya adalah agar orang-orang semakin maju dalam perjalanan rohani mereka?

2.    Pemimpin jemaat harus menjadikan pertumbuhan rohani sebagai pusat kehidupan pribadinya

Seorang pemimpin gereja berkata: “Seberapa kecepatan seorang pemimpin, demikianlah kecepatan tim yang dipimpinnya”. Hanya jika seorang pemimpin rohani adalah orang yang dewasa rohani yang terus menerus meningkatkan kehidupan rohaninya dengan kedisiplinan, ketaatan dan sukacita pengharapan, maka jemaatnya juga dapat hidup secara demikian. Iman tidak saja diajarkan tetapi juga ditularkan. Orang-orang tidak akan berkomitmen untuk sesuatu hal yang mereka rasa tidak menjadi prioritas utama dari kehidupan para pemimpin rohani mereka.

Generasi yang lebih muda merindukan otentisitas/keaslian. Mereka bertumbuh memahami banyak hal dari media. Mereka dapat membedakan dan memahami  hal-hal yang palsu. Mereka ingin sesuatu yang nyata, sesuatu yang otentik/asli. Jika mereka tidak dapat merasakan vitalitas rohani yang asli dalam diri para pemimpin, maka mereka akan mengalami kekecewaan.

3.    Pemimpin jemaat perlu menyediakan jemaatnya alat/sarana yang dibutuhkan untuk mendukung dan meneguhkan perjalanan rohani mereka

Merupakan tanggung jawab dari pemimpin jemaat untuk menyediakan alat/sarana dan kesempatan yang diperlukan untuk menciptakan pertumbuhan rohani. Sebagian besar hal-hal ini bukanlah suatu misteri. Orang-orang memerlukan pengalaman yang segar bersama Tuhan di dalam penyembahan. Orang-orang memerlukan perawatan di dalam kelompok kecil. Orang-orang perlu belajar membaca Firman Tuhan dan mendengarkan suara Tuhan. Orang-orang perlu belajar bagaimana caranya agar kehidupan rohani mereka terus hidup dan bergairah setiap minggu. Orang-orang harus menemukan bagaimana Allah telah mempersiapkan mereka secara unik untuk pelayanan & bagaimana menjalankan pelayanan tersebut. Tidak ada satu paket tertentu yang dapat menolong semua orang mengalami kemajuan dalam perjalanan rohani mereka. Tiap-tiap orang berbeda; tiap-tiap generasi berbeda; tiap jemaat/gereja berbeda. Hal yang terpenting bukanlah membuat satu program sesuai tradisi/denominasi gereja, melainkan belajar dari pengalaman tradisi kekristenan, bagaimana menemukan hal-hal apa yang sangat efektif dalam konteks setempat yang dapat menolong orang-orang menjadi semakin seperti Kristus dan meneladaniNya untuk melayani Kerajaan Allah. Seorang pemimpin jemaat harus terus menerus mencari alat/sarana untuk pertumbuhan rohani yang dapat diberikan pada jemaat dan terus bertanya: “Apakah jemaat saya hidup semakin seperti Kristus?”.

4.    Pemimpin jemaat perlu menolong jemaat untuk mengerti bahwa pertumbuhan rohani adalah tanggung jawab mereka sendiri. Seorang guru piano dapat memperlihatkan pada muridnya cara bermain piano & memberikannya masukan agar dapat memainkan piano dengan benar, tetapi sang guru tidak dapat berlatih untuk/menggantikan muridnya. Seorang dokter dapat mengajar pasiennya cara mengurangi berat badan, tetapi sang dokter tidak dapat berolahraga untuk pasiennya atau membuat sang pasien menjaga pola makannya. Hal yang sama berlaku dalam perjalanan rohani. Seorang Pemimpin Komsel (PKS) dapat menolong seseorang mengetahui cara membaca Firman Tuhan untuk mendengar suara Tuhan, tetapi merupakan respons orang tersebut untuk membaca Alkitab tiap hari dengan ketaatan penuh. Seorang pengkhotbah dapat dengan fasih dan kreatif menjelaskan ajaran Yesus, tetapi hanya si pendengarnya yang dapat memilih, dengan pertolongan Roh Kudus, untuk menerapkan Firman Tuhan tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. Faktanya, kebanyakan gereja telah mengajar jemaatnya banyak hal melampaui tingkat ketaatan mereka.

Pada jangka panjang, keinginan para pemimpin gereja agar jemaatnya terus bergerak maju dalam perjalanan rohani mereka mengharuskan para pemimpin untuk terus mengingatkan jemaatnya, bahwa sekalipun gereja menyediakan berbagai alat/sarana untuk mereka bertumbuh, tergantung kepada masing-masing pribadi untuk bertanggung jawab atas pertumbuhan rohani mereka masing-masing dengan mempergunakan alat/sarana yang ada. Sebagai pemimpin jemaat, kita dapat mendukung, meneguhkan, mengingatkan, mengajar dan menyediakan kesempatan dan alat/sarana untuk pertumbuhan rohani, tetapi intinya adalah: kita tidak dapat menumbuhkan rohani mereka.



Diterjemahkan secara bebas & diedit seperlunya dari tulisan DR. Jeff Stiggins “We’re just not being fed spiritually”. Artikel asli dapat dilihat di: http://ctblog.flumc.org/?p=71

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda.