Selasa, 18 September 2012

Pemilihan Gubernur DKI Putaran 2: No. 1, No. 3 atau Golput


    Tanggal 20 September 2012, warga kota Jakarta akan datang ke bilik-bilik suara untuk menjatuhkan pilihan mereka untuk menentukan siapakah yang akan menjadi Gubernur & Wakil Gubernur DKI Jakarta  5 tahun mendatang.  Putaran 2 diadakan karena dalam putaran 1 tanggal 11  Juli 2012 lalu yang diikuti oleh 6 pasangan, tidak ada satupun pasangan yang meraih lebih dari 50% suara. Joko Widodo & Basuki  Tjahaja Purnama alias Ahok (pasangan nomor urut 3)  yang meraih suara terbanyak sekitar 43% maju ke putaran 2 bersama dengan pasangan petahana (pasangan nomor urut 1), Fauzi Bowo (Foke) & Nachrowi Ramli (Nara) yang mendapat suara terbanyak kedua sebesar 34 %. Sebetulnya hanya Foke yang petahana, karena Nara bukan Wakil Gubernur petahana. Nara digandeng oleh Foke karena Wakil Gubernur petahana, Prijanto, sudah putus kontrak dengan Foke.

    Dalam putaran 2 ini, Jokowi - Ahok hanya didukung oleh PDIP & Partai Gerindra sedangkan Foke  & Nara didukung oleh partai-partai lainnya. Mengutip perkataan Jokowi: “Ini pertarungan antara Gajah (semua partai lainnya yang mendukung Foke-Nara) dan Semut (PDIP & Partai Gerindra yang mendukungnya bersama Ahok)”. Secara matematis, sukar bagi  semut untuk mengalahkan gajah. Itu sebabnya Jokowi berkata: “Kami berkoalisi dengan rakyat yang menjadi pemilih, bukan dengan partai-partai yang ada”. Yang agak unik dalam putaran pertama, empat  calon yang gagal di putaran 1 seakan-akan “bersatu” menyerang Foke sebagai petahana karena dianggap tidak bekerja secara maksimal sebagai Gubernur. Tetapi dalam putaran 2, justru semua partai yang calonnya kalah di putaran 1 justru mengalihkan suara mereka kepada Foke yang dulu mereka serang sebagai Gubernur yang gagal. Aneh tapi nyata.

    Menjelang putaran 2, banyak hal-hal negatif yang muncul seperti Negatif/Black  Campaingn berdasarkan SARA (memilih berdasarkan kesamaan Agama, Etnis, Ras dll), tekanan /intimidasi untuk memilih pasangan tertentu, hingga cara-cara yang curang (bagi-bagi uang, tidak diberikan Kartu Pemilih kepada warga yang rumahnya terbakar hingga kartu suara yang disinyalir sudah ada coblosannya supaya suaranya menjadi tidak sah & menguntungkan pasangan tertentu).  Melihat kondisi yang ada, sebagian warga Jakarta memilih untuk Golput (Golongan Putih) alias tidak mempergunakan hak suara mereka. Dalam putaran 1, ada sekitar hampir 30% warga Jakarta yang Golput. Faisal Basri, salah seorang Calon Gubernur dari jalur independen mengatakan: “Pilihan pemilih ada 3, yaitu No. 1, No. 3 atau tidak memilih kedua-duanya (alias Golput)”. Pertanyaannya, apakah tepat bagi kita sebagai orang Percaya (terutama kita sebagai warga GSJA) untuk Golput?

    Dalam Yeremia 29:7 Tuhan menyuruh bangsa Israel yang ada dalam pembuangan untuk mengusahakan kesejahteraan & mendoakan kota di mana dibuang Tuhan karena kesejahteraan kota tersebut merupakan kesejahteraan penduduknya juga. Sebagai penduduk kota yang merupakan warga buangan, sangat wajar jika bangsa Israel marah kepada bangsa Babel yang menjajah mereka. Mereka berpikir tidak ada gunanya membangun kota di mana mereka dibuang karena menurut mereka Yerusalem-lah kota tempat tinggal mereka yang sebenarnya. Bertolak belakang dengan pemikiran mereka, Tuhan justru memerintahkan bangsa Israel mengusahakan kesejahteraan kota-kota di Babel di mana mereka dibuang. Alasan Tuhan sangat sederhana: Kesejahteraan kota itu adalah kesejahteraan penduduk yang ada di dalamnya, termasuk bangsa Israel yang sedang dalam masa pembuangan.

    Sebagian besar orang yang Golput melakukannya karena pesimis dengan calon pemimpin yang ada. Mereka berpikir masing-masing calon memiliki kelemahan/kekurangan tertentu sehingga siapapun yang dipilih program kerjanya tidak akan berhasil dengan baik. Menyikapi hal ini, kita semua harus menyadari bahwa semua calon pemimpin adalah manusia yang tidak sempurna, tetap memiliki kelemahan tertentu. Jika menginginkan pemimpin yang sempurna, sebetulnya itu menunjukkan kelemahan/ketidaksempurnaan kita sendiri.  Tidak mungkin warga yang tidak sempurna memilih pemimpin yang sempurna. Pilihlah calon pemimpin yang mempunyai kelemahan lebih sedikit dibandingkan dengan calon lainnya.

    Sebagian lagi melakukan Golput karena berpikir satu suara mereka tidak akan mempengaruhi hasil pemilu. Hal ini sangat keliru. Bayangkan jika semua orang berpikir demikian, maka tidak akan ada yang memilih. Satu suara sangat bernilai dalam pemilu. Tuhan sangat peduli terhadap seorang manusia, mengapa kita justru mengganggap diri dan suara kita tidak berarti? Selain itu, dengan menetapkan pilihan dalam bilik suara, kita telah ikut ambil bagian dalam menentukan kesejahteraan kota ini. Orang-orang yang Goput sebetulnya sedang bertindak masa bodoh dengan keadaan & masa depan kota tempat mereka tinggal. Sebagai orang Percaya, kita perlu bertindak aktif dalam menentukan masa depan kota ini.

    Jika demikian, bagaimana sikap yang benar yang harus kita lakukan dalam pemilihan Gubernur putaran 2 ini? Pertama, berdoalah supaya Tuhan akan menuntun kita dalam menjatuhkan pilihan pada pasangan yang tepat. Ingat, Tuhanlah yang menciptakan semua manusia sehingga IA tahu dengan pasti siapa yang tepat bagi kota Jakarta. Kedua, carilah rekam jejak (track record) masing-masing calon. Mana yang pernah berhasil sebagai pemimpin, mana yang hanya pintar memberi janji & membuat pencitraan tetapi tidak pernah berhasil. Ketiga, pelajarilah Misi, Visi & Program Kerja masing-masing calon. Lihatlah yang paling baik serta dapat diterapkan untuk memberikan solusi terhadap permasalah kota Jakarta seperti kemacetan, banjir, tingkat kejahatan yang tinggi, narkoba, sampah dll. Yang diperlukan bukan program kerja yang muluk-muluk melainkan program kerja yang baik yang dapat diretapkan dalam konteks kota Jakarta. Keempat, kenalilah lebih dalam karakter masing-masing calon. Siapa yang lebih berintegritas, jujur, pekerja keras, peduli kepada rakyat, rela berkorban (bukan rela mengorbankan) yang dipimpinnya, tidak pemarah, rendah hati (tidak sombong apalagi arogan), dapat mengayomi seluruh warga tanpa membedakan agama, ras, suku, etnis dll. Menjadi pemimpin yang baik tidak hanya membutuhkan Kualitas tetapi juga Karakter yang baik . Tidak ada gunanya seseorang pandai tetapi buruk karakternya karena ia malah akan  “membodohi” masyarakat yang dipimpinya. Kelima, sewaktu telah masuk di bilik suara perhatikanlah surat suara anda. Masih polos tanpa ada bekas coblosan atau sudah “dinodai” dengan satu coblosan kecil hasil oknum tidak bertanggung jawab? Jika ada bekas coblosan, segera datangi petugas dan minta surat suara yang baru yang masih “polos”. Kemudian berdoa lalu cobloslah di gambar atau di no urut pasangan yang anda yakini dengan pimpinan Tuhan akan membawa Jakarta ke arah pembaharuan. Jangan lupa celupkan jari telunjuk kiri anda di botol tinta tanda anda telah mempergunakan hak suara anda. Terakhir, saat penghitungan di TPS anda telah berakhir, fotolah hasil penghitungan suara yang ada dan berikan kepada saksi-saksi dari pasangan yang anda dukung sebagai bukti & data otentik dalam penghitungan di tingkat yang lebih tinggi.

    Mari pergunakan hak suara kita dengan bijaksana. Ingatlah, suara kita sangat berarti. Pergunakan hak suara dengan baik karena itu berarti kita telah turut menentukan kesejahteraan kota kita, Jakarta. Cobloslah dengan hati nurani yang tulus dalam pimpinan Roh Kudus. Selamat mencoblos, Tuhan Yesus memberkati kita, kota Jakarta dan pimpinan Jakarta yang Baru. (IYS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda.