Kamis, 04 Juli 2013

Penatalayanan

PENATALAYANAN

Baca MATIUS 25:14-30. 

Setiap orang di bumi ini memiliki jumlah waktu dan jam yang sama dalam sehari. Dari Presiden sampai tukang koran, ibu rumah tangga atau direktur eksekutif, petani atau pegawai bank... semua punya waktu yang persis sama: 24 jam sehari.
Apa yang membedakan orang satu dari yang lain bukanlah jumlah waktu yang dimilikinya, melainkan bagaimana dia mempergunakan karunia dan talenta yang dimilikinya pada kurun waktu yang dimilikinya ini.  Inilah yang disebut penatalayanan: dengan setia mempergunakan dan mengembangkan karunia, talenta dan sumber serta sarana yang kita miliki, di dalam alokasi waktu yang Tuhan sudah berikan pada kita.

Di dalam penatalayanan ada dua pihak yang terlibat: sang majikan yang memberikan sumber dan sarana, yang satu hari nanti akan menanyakan pertanggungan jawab; dan pihak lain adalah sang penatalayan yang dipercayai dengan sumber dan sarana tersebut, dan yang pada akhirnya harus mempertanggungjawabkan bagaimana menginvestasikan sumber dan sarana yang diberikan kepadanya.  Waktu Yesus mengajarkan mengenai kedatangan-Nya yang kedua, Dia menekankan pelajaran yang amat penting: bahwa hanya penatalayan yang setia lah yang siap untuk menyambut kedatangan-Nya.

Seperti kita tahu, parabel yang dipakai Tuhan Yesus adalah tentang tiga hamba yang masing2 menerima sejumlah uang dari majikan mereka sebelum majikan ini pergi lama untuk suatu perjalanan jauh. Sekembalinya dari perjalanannya, sang majikan menemukan bahwa dua dari hamba2nya telah menginvestasikan uang mereka tapi satu dari mereka menguburnya di dalam tanah. Waktu hamba yang menguburkan uangnya ini memberikan alasan2nya, sang majikan tidak mau mendengarkan, malah dia marah terhadap hamba yang malas ini dan menghukumnya dengan keras. Sementara itu, hamba2 yang setia menikmati pujian dan upah dari hasil kerja dan jerih payah mereka.

Para pemimpin dan hamba Tuhan adalah penatalayan.  Kita mengatur banyak sumber dan sarana karena kita memimpin jemaat dalam memanfaatkan sumber dan sarana mereka.

Penatalayanan dan Siapa Tuhan
Tuhan tidak memiliki kebutuhan, dan Dia tidak menciptakan alam semesta ini karena dia kesepian atau kurang kerjaan. Tapi Dia menciptakan semuanya karena kasihNya yang melimpah.  Sebagai penatalayan, kita menimba semua yang kita miliki dari Sumber yang kekal, sang Pencipta yang agung. Di dalam Mazmur 104:1-35 kita dapati renungan puitis tentang keajaiban Tuhan. 

Penatalayanan dan Siapa Saya
Tuhan telah mempercayakan kepada kita suatu kehormatan dan tanggung jawab untuk menjadi penatalayan dari semua mahluk dan sumber dan sarana di planet ini.  Ketika kita membentuk, memperindah dan dengan kreatif mempergunakan semua mineral, tumbuhan, dan binatang yang Tuhan sudah berikan bagi kita, kita harus mempertanggungjawabkan hasilnya.  Dalam Kejadian 1:28-30 kita bisa ingat2 kembali mandat apa saja yang Tuhan berikan kepada manusia sebelum kejatuhannya.

Penatalayanan dan Apa yang Saya Lakukan
Dalam Kejadian 39:1-41:57 Yusuf memberikan contoh klasik mengenai penatalayanan.  Tidak perduli apapun keadaannya, Yusuf memanfaatkan sumber dan sarana yang disediakan baginya untuk tujuan2 baik.  Sumber dan sarana mana yang paling penting bagi seorang penatalayan?

Berkatalah Salomo kepada Allah: “Engkaulah yang telah menunjukkan kasih setia-Mu yang besar kepada Daud, ayahku, dan telah mengangkat aku menjadi raja menggantikan dia. Maka sekarang, ya Tuhan Allah, tunjukkanlah keteguhan janji-Mu kepada Daud, ayahku, sebab Engkaulah yang telah mengangkat aku menjadi raja atas suatu bangsa yang banyaknya seperti debu tanah. Berilah sekarang kepadaku hikmat dan pengertian, supaya aku dapat keluar dan masuk sebagai pemimpin bangsa ini, sebab siapakah yang dapat menghakimi umat-Mu yang besar ini?” (2 Tawarikh 1:8-10 TB)

Sabtu, 22 Juni 2013

Pengumuman

Shalom,  BPD GSJA DKI menyediakan dana Bantuan Sekolah utk anak PI tingkat SD-SMP-SMA yang berprestasi. Bantuan hanya tersedia utk 36 anak PI. Bapak/Ibu bisa mengajukan surat permohonan dan disertai fotocopi raport terakhir, yg dikirimkan ke kantor BPD paling lambat tanggal 28 Juni 2013.

Jumat, 14 Juni 2013

Percaya



Percayalah kepada TUHAN  dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiriAkuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. (Amsal 3:5-6)

Jumat, 17 Mei 2013

Renungan: Menara

Menara.

Kata mereka: "Mari kita mendirikan kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, supaya kita termasyhur dan tidak tercerai berai di seluruh bumi." (Kejadian 11:4)

Refleksi:
Menara yang mereka bangun kemungkinan besar adalah sebuah ziggurat, bangunan yang umum di Babylonia pada masa itu. Ziggurat dibangun untuk tempat berdoa, dan terlihat seperti piramid dengan tangga2 atau jalan menanjak di sampingnya. Ziggurat bisa berdiri mencapai 300 kaki dan biasanya juga lebarnya sama dengan itu, jadi biasanya bangunan ini menjadi tempat yang menonjol di tengah kota. Dalam cerita ini orang2 tersebut membangun menara sebagai monumen bagi kebanggaan mereka sendiri, yang ingin dipamerkan ke seluruh dunia.

Pada waktu itu mereka bersatu, tapi persatuan mereka adalah untuk melakukan sesuatu yang mendukakan Allah. Perhatikan apa kata mereka: "supaya kita termasyhur". Menara Babel adalah keberhasilan manusia yang hebat, tapi monumen itu diperuntukkan bagi manusia dan bukan untuk memuliakan Tuhan.  Persatuan bisa menjadi tujuan yang baik, kalau kita melakukan sesuatu yang benar bersama2. Lingkungan kita atau masyarakat sekitar kita bisa menekan kita supaya ikut arus, tapi kita harus memiliki keberanian dan ketetapan hati untuk memisahkan diri dari mereka.

Mungkin kita juga membangun 'menara' agar kita diperhatikan orang dan orang melihat keberhasilan kita: baju mahal, rumah besar, mobil bagus, pekerjaan penting, pelayanan menonjol. Semua hal ini tidak ada salahnya, tapi kalau kita pergunakan itu semua untuk mendapatkan identitas diri atau harga diri, semua itu jadi merampas tempat yang seharusnya menjadi milik Allah.  Kita diberi kebebasan untuk berkembang dalam segala bidang, tapi kita tidak dibenarkan untuk menggantikan tempat Tuhan dalam hidup kita.

Tanyakan pada Tuhan agar Dia menunjukkan pada kita "menara" yang telah kita bangun dalam hidup kita. Dan minta kekuatan dari Nya untuk dapat melawan arus, agar melakukan apa yang benar.


Sumber:
Alkitab Hidup Berkelimpahan

Sabtu, 11 Mei 2013

MISI, VISI, STRATEGI & NILAI BPD GSJA DKI JAKARTA 2013-2016


Inilah MISI, VISI, STRATEGI & NILAI GSJA DKI JAKARTA:

MISI BPD GSJA DKI JAKARTA:
Memberitakan Injil Tuhan Yesus Kristus dan Mendirikan Sidang JemaatNya berdasarkan Alkitab


Jumat, 10 Mei 2013

Perumpamaan Tentang Jari Tangan


Kami sangat diberkati dengan sebuah Artikel Ilustrasi yang bagus sekali untuk khotbah ataupun untuk sharing. Berikut ini GsjaDki.Org share-kan, semoga diberkati:


http://www.parokituka.com/wp-content/uploads/2011/11/roh-kudus-jari-tangan.jpg
Judulnya: Perumpamaan tentang Jari Tangan.
Jari-jari tangan terdiri dari jari jempol, telunjuk, tengah, manis, dan kelingking. Tidak ada yang paling hebat di antara kelima jari tersebut, semuanya sama-sama penting dan merupakan kesatuan dengan tangan. 

Jari jempol mungkin terlihat paling dominan dan besar, tetapi bukan berarti jari jempol yang paling hebat. 

Jari telunjuk biasa untuk menunjuk-nunjuk, tetapi bukan berarti jari telunjuk yang paling berkuasa. 

Jari tengah adalah jari yang paling panjang, tetapi bukan berarti jari tengah yang paling diagungkan. 

Jari manis seolah-olah tidak terlalu berperan apa-apa, tetapi malah dikenakan cincin, ini bukan berarti jari manis tidak berguna. 

Jari kelingking adalah jari yang paling kecil dan terkadang digunakan untuk mengupil, tetapi bukan berarti jari kelingking yang paling hina. 

Mereka semua hanya menjalankan fungsinya, tidak ada persaingan di antara mereka, bahkan mereka hanya tahu bahwa mereka harus bersatu agar tangan dapat menjalankan fungsinya sesuai dengan keinginan kepala.  

Demikian juga kita sebagai anggota tubuh Kristus. Jangan bersaing atau iri dalam tubuh Kristus. Kita semua sama, tidak ada yang paling hebat. Kita hanya berbeda dalam hal fungsi, kita sama-sama penting di dalam Kristus. Kita sama-sama berharga di mataNya. Sadarilah bahwa Kristus juga mau kita bersatu dalam menghadirkan Kerajaan Allah. 

Marilah kita melakukan segala sesuatu sesuai tuntunan Kristus yang sebagai kepala. Lakukan segala sesuatu supaya Kristus yang dimuliakan. 



Sumber :
- HTcom
- hikmat-tuhan.com